Saturday, December 27, 2008

Disfungsi Ereksi, Jangan Hanya Diratapi



JUTAAN pria terkena disfungsi ereksi. Namun, masih banyak di antara mereka malu untuk membicarakan masalah ini. Padahal, berkonsultasi dengan dokter perlu segera dilakukan. Mengapa?

Pengobatan disfungsi ereksi saat ini sudah memiliki banyak pilihan. Namun, banyak penderita disfungsi ereksi justru seperti menutup diri untuk pengobatan tersebut. Bahkan, tak jarang pria enggan untuk bertemu dengan dokter untuk sekadar mendiskusikan masalah tersebut.

Profesor Siegfried Meryn di konferensi pers Restore the Man yang diselenggarakan Bayer Schering Pharma di Brussels, Belgia, awal Desember lalu, memberikan paparan yang menarik. Dia menyampaikan survei yang dilakukan lembaga survei pasar Taylor Nelson Sofres (TNS) yang mengatakan sebanyak 80 persen dari pasien yang menderita disfungsi ereksi telah mengonsultasikan kondisinya kepada dokter dan ahli. Namun, hal itu terjadi karena mereka telah sadar bahwa penyakit lain dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Inilah yang jadi alasan terpenting bagi para pasien untuk menemui dokter.

Jadi, tanpa kesadaran tersebut, mereka belum tentu mau datang ke dokter. Profesor Siegfried Meryn mengatakan, sebelumnya pria memang terlalu protektif pada diri mereka jika berbicara disfungsi ereksi. Hal ini justru terjadi karena faktor di luar diri mereka sendiri. Salah satunya, anggapan bahwa masalah kesehatan seksual saat ini hanya terlalu fokus pada wanita.

"Banyak hal yang membuat mereka enggan untuk membicarakan masalah ini. Mulai anggapan lunturnya kebanggaan sebagai pria, persepsi yang salah pada dokter, hingga sistem kesehatan yang menurut mereka terlalu fokus pada masalah wanita," kata dokter Meryn.

Padahal, menurut Profesor Siegfired Meryn, berdiskusi dengan dokter sangat penting. Dengan bantuan dokter, mereka akan mengetahui cara terbaik untuk meningkatkan kualitas kehidupan seks mereka. Mereka juga tak perlu terus-terusan dihantui dengan pikiran bahwa penyebab utama disfungsi ereksi adalah masalah psikologis.

"Tanpa diskusi yang mereka dapatkan hanyalah frustrasi, malu, dan depresi. Ini menunjukkan bahwa disfungsi ereksi memang membuat kualitas hidup mereka secara keseluruhan makin menurun," kata Profesor Siegfried Meryn.

President of the European Society for Sexual Medicine (ESSM) Professor Ian Eardley mengatakan, banyak pria beranggapan bahwa disfungsi ereksi bersifat sementara (temporary). Akibatnya, mereka banyak yang menganggap remeh penanganan dokter. "Berdasarkan survei, butuh waktu satu tahun bagi mereka untuk mencoba penanganan," katanya.

Serangan Jantung bagi penderita Disfungsi Ereksi

Dr Jay Lee, dosen urologi di University of Calgary, Kanada, itu mengatakan berdiskusi tentang disfungsi ereksi dengan dokter tidak hanya menyelamatkan kehidupan seks, juga bisa menyelamatkan hidup penderita disfungsi ereksi. Kenapa, karena menurut Dr Jay Lee disfungsi ereksi, yang saat ini mendera 150 juta pria di seluruh dunia, justru merupakan pintu dari berbagai penyakit. Di antaranya diabetes hingga serangan jantung.

Menurut dia, disfungsi ereksi bisa terjadi lebih awal ketimbang penyakit jantung. Hal ini terjadi karena pembuluh pada penis memiliki diameter yang lebih kecil dibandingkan pembuluh pada jantung.

"Ke depannya penderita disfungsi ereksi bisa mengalami serangan jantung," katanya.

Hal ini menurut Dr Jay Lee Lee diperkuat oleh survei yang mengatakan sebanyak 80 persen pria yang mengalami serangan jantung, ternyata mereka terlebih dulu menderita disfungsi ereksi.

"Ada penelitian yang menunjukkan bahwa tiga atau empat tahun setelah mengalami disfungsi ereksi, banyak pria mengalami serangan jantung untuk pertama kalinya," ucap Wakil Ketua Communications Committee for the Canadian Society for the Study of the Aging Male itu.

Dr Jay Lee menyarankan idealnya setiap pria harus berani untuk berdiskusi dengan dokter ketika mereka sadar telah mengalami disfungsi ereksi.

"Bagi penderita disfungsi ereksi sebaiknya berdiet, olahraga dan periksa kolesterol. Tujuannya, menghindari serangan jantung," katanya.

No comments:

Post a Comment